Kamis, 25 September 2025. Hari Biasa Pekan XXV.  Nubuat Hagai 1:1-8; Lukas 9:7-9

Oleh: Rd.Fidelis Dua

SAUDARI-saudara terkasih dalam Kristus. Sering kali dalam hidup ini kita lebih sibuk memikirkan diri sendiri daripada apa yang Tuhan kehendaki. Kita berjuang keras membangun rumah, menata harta, mengejar karier, mengamankan kenyamanan, tetapi entah mengapa hati tetap gersang, hidup terasa kosong, dan kita tak pernah puas. Kita menumpuk banyak hal, tetapi selalu merasa kurang. Kita berlari ke banyak arah, tetapi kehilangan tujuan. Itulah wajah manusia ketika mendahulukan kepentingan pribadi di atas kehendak Allah.

Nubuat Hagai hari ini menyentuh inti persoalan itu. Tuhan menegur umat Israel yang baru kembali dari pembuangan. Mereka sibuk membangun rumah-rumah mereka sendiri, sementara Bait Suci Allah terbengkalai.

“Renungkanlah dengan saksama bagaimana keadaanmu!” demikian firman Tuhan. Umat merasa hidupnya serba kekurangan: menabur banyak, tetapi hasilnya sedikit; makan, tetapi tidak sampai kenyang; bekerja keras, tetapi tidak menikmati buahnya.Mengapa demikian? Karena mereka membalik prioritas. Mereka mendahulukan kepentingan diri, bukan Allah.

Pesan Hagai jelas bagi kita bahwasannya keberkahan hidup tidak lahir dari kesibukan membangun dunia kita sendiri, melainkan dari kesetiaan membangun ruang bagi Allah dalam hidup kita.

Baca juga:BUSA-H (Butiran Sabda Allah-Harian); Berjalan dengan Hati yang Bebas

Injil Lukas menampilkan sosok yang lain: Raja Herodes. Ia mendengar kabar menakjubkan tentang Yesus, tetapi pikirannya justru tertuju pada Yohanes Pembaptis yang telah ia penggal. Alih-alih membuka hati untuk merenungkan siapa Yesus sesungguhnya, ia terjebak pada rasa bersalah dan ketakutan.

Herodes punya kesempatan untuk bertobat, tetapi ia tidak mau sungguh-sungguh merenungkan pesan Allah. Jika saja ia mau membuka hati dan mendengarkan Yesus dengan tulus, ia akan terhindar dari tragedi: hidupnya berakhir tanpa damai.

Saudari-saudara terkasih, Sabda hari ini mengajak kita bercermin. Hidup ini bukan sekadar soal apa yang kita miliki, melainkan siapa yang kita dengarkan. Umat Israel kehilangan sukacita karena tidak memberi tempat bagi Allah.

Herodes kehilangan harapan karena menutup telinga dari Sabda. Tetapi kita? Kita masih punya kesempatan untuk memilih: apakah hidup kita akan berakhir dalam kekosongan, atau justru dipenuhi berkat?

Baca juga:BUSA-H (Butiran Sabda Allah-Harian): Berakar dalam Firman,Hidup Sebagai Keluarga Allah

Ingatlah bahwa keberhasilan sejati bukan ditentukan oleh rumah yang kita bangun, jabatan yang kita genggam, atau prestasi yang kita raih, melainkan oleh ruang yang kita sediakan bagi Allah dalam hidup kita. Ketika Allah menjadi pusat, pekerjaan kita diberkati, relasi kita dipulihkan, dan hidup kita menemukan tujuan.

Maka marilah kita merenungkan dengan saksama keadaan kita. Jangan sampai kita sibuk membangun “rumah diri sendiri,” tetapi melupakan “rumah Allah” di hati kita. Jangan sampai kita seperti Herodes, yang mendengar, tetapi tidak merenungkan, sehingga kehilangan kesempatan untuk hidup baru. Sebaliknya, jadilah seperti umat yang akhirnya mendengarkan Nabi Hagai: membangun Bait Allah lebih dahulu, dan dari situlah berkat mengalir.

Petikan Sabda Allah hari ini:

”Hidup akan selalu terasa kurang jika kita sibuk membangun dunia untuk diri sendiri, tetapi lupa membangun ruang bagi Allah dalam hati.”

Baca juga: BUSA-H (Butiran Sabda Allah-Harian): Antara Bisikan Dunia Suara Tuhan

”Berkat sejati lahir bukan dari apa yang kita miliki, melainkan dari siapa yang kita dengarkan dan menjadi pusat kehidupan kita.”

Tuhan memberkati kita.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan