Jumat, 26 September 2025. Hari Biasa Pekan XXV. Nubuat Hagai 2:1b-9; Lukas 9:18-22.

Oleh:Rd.Fidelis Dua

SAUDARI-saudara terkasih dalam Kristus. Apapun pekerjaan kita: entah sebagai guru, petani, pedagang, perawat, pejabat, atau pelayan Gereja—kita semua bekerja keras untuk satu tujuan: agar hidup lebih layak, agar dunia lebih damai, agar sesama manusia bisa merasakan keadilan.

Tetapi mari kita jujur: sering kali kita bekerja dengan cara yang salah, bahkan dengan cara yang melukai. Ada yang bekerja hanya demi keuntungan, meski harus merugikan orang lain. Ada yang bekerja dengan ambisi, tetapi mengorbankan relasi. Ada pula yang bekerja keras, tetapi hatinya tidak damai karena melupakan Allah. Jika demikian, untuk siapa sesungguhnya kita bekerja?

Dalam bacaan pertama, melalui nabi Hagai, Tuhan memberikan perintah yang sederhana namun tajam: “Bekerjalah!” Umat Israel baru saja kembali dari pembuangan. Rumah-rumah mereka sudah dibangun, tetapi Bait Suci Allah masih terbengkalai.

Tuhan menegur mereka untuk mulai bekerja, bukan untuk kepentingan diri, melainkan untuk memuliakan Allah. Dan, Tuhan berjanji: Bait Suci yang akan dibangun ini akan lebih mulia daripada Bait Suci sebelumnya. Artinya, bukan sekadar bangunan yang indah yang diinginkan Allah, tetapi sebuah pusat hidup rohani yang melahirkan damai dan kehadiran Allah bagi umat-Nya.

Baca juga:BUSA-H (Butiran Sabda Allah-Harian): Membangun Ruang Bagi Allah dalam Hidup Kita

Maka, “bekerja” di sini tidak sekadar soal tenaga, melainkan soal arah hati: apakah kita bekerja hanya untuk dunia, atau juga untuk Allah?

Injil hari ini membawa kita lebih jauh. Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Dan Petrus menjawab, “Engkaulah Mesias dari Allah.” Tetapi Yesus segera menambahkan: Mesias itu harus menanggung banyak penderitaan, ditolak, dibunuh, lalu dibangkitkan.

Sebuah pernyataan yang mengejutkan. Yesus menyingkapkan bahwa keselamatan dan kedamaian bukan lahir dari jalan mudah, melainkan dari kesetiaan yang rela menderita demi kasih.Di sinilah Yesus berbeda dengan gambaran Mesias yang perkasa menurut dunia. Ia datang bukan untuk berkuasa, melainkan untuk berkorban.

Saudari-saudara terkasih. Firman hari ini menegaskan dua hal penting. Pertama, bekerja itu mutlak. Tetapi bukan sekadar bekerja keras, melainkan bekerja untuk membangun “Bait Allah” dalam hidup kita, yaitu hati yang setia, keluarga yang kokoh, komunitas yang berlandaskan iman, kebersamaan yang jujur, dan upah bekerja adalah rahmat. Kedua, jalan menuju keselamatan dan kedamaian menuntut kerelaan untuk memikul salib seperti Yesus.

BUSA-H (Butiran Sabda Allah-Harian); Berjalan dengan Hati yang Bebas

Artinya, kita harus rela menderita: menyingkirkan ego, menghindari kemalasan, mengalahkan keserakahan, demi menghadirkan damai. Inilah “kerja keras rohani” yang sering lebih berat daripada kerja fisik.

Dengan demikian, kerja sejati bukan hanya menghasilkan sesuatu, tetapi menghadirkan Allah. Dan penderitaan bukanlah tanda kegagalan, melainkan bagian dari jalan menuju kemuliaan.

Jika kita bekerja dengan hati yang setia, jika kita rela menderita demi kebenaran, hidup kita akan menjadi “Bait Allah” yang memancarkan damai. Maka marilah kita merenungkan: untuk siapa kita bekerja setiap hari? Adakah kerja kita sungguh memuliakan Allah? Apakah kita berani rela berkorban demi menghadirkan damai di keluarga, di komunitas, dalam masyarakat kita?

Jangan takut bekerja keras, jangan takut menderita, sebab bersama Kristus Sang Mesias, buah kerja itu akan membawa kita pada kedamaian dan keselamatan sejati.

Baca juga:BUSA-H (Butiran Sabda Allah-Harian): Berakar dalam Firman,Hidup Sebagai Keluarga Allah

Petikan Butiran Sabda Allah hari ini:

”Kerja yang sejati bukan hanya menghasilkan harta, tetapi menghadirkan Allah di tengah dunia.”

”Salib bukan beban yang menghancurkan, melainkan jalan yang memurnikan kerja kita hingga berbuah damai dan keselamatan.”

Tuhan memberkati kita.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan